Terkait Artikel “ Duh...Lion Air Tak Punya SOP Manajemen Krisis”
Menganalisis Artikel
menggunakan Teori Komunikasi, Komunikasi Organisasi, Perencanaan Program
Komunikasi & Komunikasi Antar Budaya.
MK. Teori Komunikasi
Untuk menganalisis kasus krisis penundaan dan pembatalan jadwal penerbangan
oleh Lion Air, saya menggunakan teori information
seeking.
Teori informastion seeking merupakan teori
yang membahas tentang pencarian informasi sebanyak-banyaknya yang dilakukan
oleh audiens untuk memenuhi kebutuhan informasi dengan membandingkan media yang
satu dengan media lainnya untuk mendapatkan informasi yang tepat atau sesuai.
Media
sebagai sumber informasi yang dibutuhkan tentunya menjadi pilihan audiens atau
penumpang. Penumpang yang merasa kecewa dengan penundaan dan pembatalan yang
dilakukan oleh Lion Air berusaha mencari sebanyak mungkin informasi mengenai
alasan Lion Air menunda dan membatalkan penerbangan. Proses pencarian informasi
yang dilakukan memiliki dampak yang berbeda terhadap masing-masing penumpang.
Tidak semua penumpang merasa cukup dengan informasi yang diterima sehingga para
calon penumpang mengamuk dan merusak fasilitas bandara. Kerugian dan kekecewaan
yang dirasakan penumpang atas kejadian tersebut perlu direspon positif oleh
pihak terkait, oleh sebab itu penumpang membandingkan media yang tepat, yang
dapat dinilai sebagai media yang memiliki kredibilitas. Dari
informasi yang didapatkan dari media dapat dianggap sebagai pengukuhan
informasi atas kelalaian Lion Air yang telah menelantarkan penumpangnya, sehingga audiens atau penumpang dapat menentukan
langkah-langkah selanjutnya untuk melakukan pengaduan atas kerugian dan
kekecewaan kepada pihak Lion Air, pihak Angkasa Pura dan Menteri Perhubungan
selaku lembaga yang memberikan izin penerbangan kepada Lion Air.
Pada
paragraf sepuluh dijelaskan bahwa Direktorat Airport Service Lion Air, Daniel
Putut, yang turut hadir dalam konferensi pers itu menjelaskan, manajemen Lion
Air siap menerima sanksi apapun sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap
pelanggan. Dari informasi tersebut, penumpang mengetahui bahwa Lion Air bertanggung
jawab atas penundaan dan pembatalan penerbangan, hal ini merupakan sikap empati
Lion Air atas kerugian dan kekecewaan yang dirasakan oleh penumpang. Melalui
konferensi pers tersebut, Lion Air menggunakan media sebagai saluran yang
memberikan informasi kepada penumpang mengenai tindakan dan respon yang dilakukan oleh Lion Air.
Kepercayaan audiens terhadap informasi yang disampaikan
oleh media akan meningkatkan kredibilitas media tersebut sehingga audiens terus
menggunakan media sebagai saluran yang dipercaya. Keunggulan informasi akurat
yang disampaikan media menjadi pertimbangan audiens dalam memilih media yang
tepat untuk memenuhi kebutuhan informasi. Keputusan menggunakan
media yang tepat dapat membantu audience dalam menentukan sikap yang akan diambil
untuk menyikapi permasalahan tersebut.
MK.
Perencanan Program Komunikasi
1)
Aspek Komunikator.
Komunikator
dengan citra diri khalayak.
·
Paternalistik : komunikator berorientasi
pada audience/ khalayak.
·
Spesialisasi : komunikator bagian dari
khalayak dan tahu pasti kebutuhan
mereka.
·
Profesionalisme : komunikator yang
kompeten.
·
Ritualisme : komunikator sebagai alat
membangun kebersamaan dengan khalayak.
Terkait
wacana Lion Air, komunikator yang tepat digunakan adalah komunikator dengan
citra diri khalayak. Komunikator dengan citra diri khalayak adalah komunikator
yang menyampaikan pesan dari beberapa kepentingan antara lain kepentingan
penumpang, kepentingan Lion Air, kepentingan Direktorat Perhubungan Udara dan
kepentingan Kementerian Perhubungan.
Sebagai
komunikator yang berorientasi pada audience/ khalayak harus memahami kebutuhan
dan keluhan penumpang yang telah ditelantarkan. Komunikator perlu bersikap
menempatkan diri sebagai penumpang sehingga dalam bertindak dapat mewakili
argumentasi dan kekecewaan yang
dirasakan oleh penumpang.
Komunikator
dengan citra diri khalayak tidak menyudutkan kepentingan siapa pun tetapi
berorientasi mencari win win solution atas
permasalahan yang terjadi. Sebagai komunikator juga bertindak mewakili pihak
Lion Air, dalam memberikan penjelasan kepada penumpang tentang respon yang
telah dilakukan oleh manajemen Lion Air. Selain itu komunikator juga berada
pada kepentingan Direktorat Perhubungan Udara dan Kementerian Perhubungan,
sebagai lembaga yang memiliki wewenang atas izin penerbangan Lion Air.
Komunikator perlu menyampaikan kepada penumpang tentang tindakan yang telah
dilakukan dan SOP yang dipersiapkan untuk mencegah terulangnya kasus tersebut.
Aspek
komunikator merupakan aspek terkait dengan perencanaan sumber yang perlu
mempertimbangankan fungsi pesan yang akan disampaikan, antara lain :
a. Fungsi sosial.
Informasi yang disampaikan dapat
diketahui oleh khalayak. Komunikator dalam wacana Lion Air adalah pihak
manajemen Lion Air, yang memiliki peran sebagai penganjur (advocacy) atau praktisi humas, dalam usaha mempengaruhi calon
penumpang agar dapat memaklumi atau memahami keterlambatan dan penundaan
penerbangan di berbagai tempat di Indonesia.
b. Fungsi ekspresi.
Permohonan maaf dan berjanji
mengupayakan perbaikan manajemen dapat disampaikan oleh komunikator.
Komunikator dengan citra khalayak (the
communicators image of the audience) merupakan komunikator yang tepat dalam
memahami keluhan calon penumpang Lion Air, dimana komunikator berorientasi
kepada kepentingan khalayak dan memiliki rasa empati terhadap calon penumpang.
c. Fungsi kontrol.
Fungsi ini adalah upaya mempengaruhi
tingkah laku dan pemikiran orang lain sesuai dengan yang diinginkan. Tindakan
yang dilakukan bersifat persuasif yang merupakan upaya Lion Air agar peristiwa
yang terjadi tidak terus merusak reputasinya dimata calon penumpang maupun
dimata khalayak luas.
d. Fungsi informasi.
Memberikan pengetahuan atau informasi sesuai yang
dibutuhkan juga merupakan aspek komunikator yang tepat sehingga calon penumpang
dapat memahami situasi yang dihadapi oleh Lion Air, selain itu Dirjen
Perhubungan selaku lembaga atau organisasi yang ditunjuk untuk membantu juga
dapat memberikan hasil pemeriksaannya sehingga bisa memberikan rekomendasinya
untuk membenahi sistem penanganan krisis Lion Air.
2) Aspek
Desain Pesan.
Strategi
penyusunan pesan terdiri dari
a. Strategi
Merk (branding strategy)
·
Pemilihan nama atau symbol yang mewakili
program.
·
Maskapai penerbangan Lion Air adalah
nama maskapai yang digunakan sebagai sarana transportasi udara.
·
Menciptakan kesadaran dan identitas
merk.
·
Agar Lion Air mudah diingat oleh
khalayak maka manajemen membuat simbol atau logo yang menjadi ikon dari Lion
Air.
·
Membangun postioning merk.
·
Menciptakan citra merk.
·
Membangun kepercayaan.
Strategi membangun postioning merk, menciptakan citra merk dan membangun kepercayaan
merupakan langkah yang harus diambil oleh manajemen Lion Air agar maskapai
tersebut tetap menjadi maskapai pilihan khalayak. Reputasi yang buruk akibat
penundaan dan pembatalan penerbangan dapat diperbaiki dengan desain pesan yang
tepat.
Desain pesan yang tepat dalam upaya
penyampaian pesan kepada calon penumpang Lion Air adalah dengan menggunakan
penyusunan desain pesan eksposisi, yaitu penyusunan pesan dengan menyajikan argumentasi
dan materi pendukung.
Agar pesan yang disampaikan dapat
diterima sesuai dengan harapan komunikator maka pesan tersebut harus mengandung
materi pendukung, misalnya dengan memberikan ilustrasi dari kendala yang
terjadi di Lion Air. Ilustrasi dapat disajikan dengan menggunakan unsur visual
sehingga memberi pengaruh yang kuat dan persuasif. Selain itu desain pesan juga
menggunakan pendekatan emosional dan pendekatan rasional dengan memberikan
argumentasi yang menyatakan bahwa manajemen Lion Air siap menerima sanksi
apapun sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pelanggan.
3) Aspek
Pilihan Media.
Pemilihan media yang dapat dikontrol memberikan
jaminan bahwa pesan dapat ditentukan sesuai keinginan perusahaan, dapat
ditentukan waktu penyampaian pesan dan pesan dapat dirancang sehingga lebih
terjamin keefektifannya. Selain itu pemilihan media juga mempertimbangkan
berdasarkan tinggi rendah kemampuannya dalam membawa pesan dan tinggi rendahnya
kadar kepercayaan public terhadap media tersebut.
Pilihan penggunaan media massa yang
tepat pada wacana Lion Air adalah media elektronik. Hal ini karena media
elektronik memiliki cakupan konsumen yang luas sehingga efektif untuk
menjangkau semua lapisan masyarakat. sedangkan kekurangannya adalah feedback yang lambat sehingga sulit
mendapatkan informasi tanggapan masyarakat tentang upaya yang dilakukan oleh
Lion Air.
Untuk mengatasi feedback yang lambat, Lion Air juga dapat mengupayakan langkah
penggunaan media lainnya seperti dengan menempatkan media sebagai perantara
untuk menemui secara langsung calon penumpang (media one step flow of communication). Misalnya dengan mengadakan
konferensi pers terkait penundaan dan pembatalan penerbangan dan upaya
perbaikan serta bentuk tanggung jawab yang akan dilakukan.
Media massa memiliki efek atau dampak
yang signifikan oleh sebab itu dibutuhkan konfirmasi atau penjelasan dari pihak
manajemen Lion Air agar dapat mempersuasif calon penumpang, dalam hal ini media
massa sebagai sumber informasi bagi calon penumpang dan juga bagi pihak
manajemen (agent necessary for media
effects). Dengan strategi ini akan menambah kesempatan pada media untuk
memberitakan informasi sesuai sudut pandang pihak manajemen, selain itu
komunikator bisa menyentuh emosi sekaligus pola pikir penumpang Lion Air.
MK. Komunikasi Antar
Budaya
Sikap
terbuka diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat untuk menghindari konflik
kepentingan. Keterbukaan dijadikan landasan/ dasar untuk melakukan interaksi
dan komunikasi dimasyarakat. Sikap keterbukaan dapat diwujudkan dengan sikap
saling memahami, menghormati, menghargai dan bekerjasama antar anggota
masyarakat.
Keterbukaan
dalam kasus penundaan dan pembatalan yang dilakukan oleh Lion Air merupakan
prasyarat dalam menciptakan image positif
dan dapat membantu pihak manajemen Lion Air untuk memperbaiki kredibilitasnya
di mata audiens atau penumpang. Sebagai praktisi humas perlu menerapkan
beberapa ciri sikap keterbukaan yang dapat menunjang kearah perbaikan
manajemen, sikap tersebut antara lain :
1. Trransparan atau
terbuka dalam proses maupun pelaksanaan penyelesaian kasus Lion Air.
Sebagai
praktisi humas yang mewakili pihak manajemen Lion Air saya akan menjelaskan
aspek keterbukaan yang ditunjukkan melalui sikap kooperatif manajemen Lion Air
kepada tim Direktorat Perhubungan Udara, terkait pemeriksaan SOP penanganan
situasi krisis. Pihak Lion Air juga telah memenuhi panggilan Kementerian
Perhubungan untuk menjelaskan keterlambatan dan pembatalan atas total 567
penerbangan di berbagai daerah di Indonesia sebagai bentuk manajemen interaksi
yang serius menangani masalah ini.
2. Memiliki
dasar atau pedoman dalam dialog maupun berkomunikasi.
Pada
paragraf enam juga dijelaskan bahwa pihak Lion memenuhi panggilan kedua untuk
menjelaskan SOP manajemen krisis yang mereka miliki. Hal ini menunjukkan bahwa
sebelum kejadian tersebut, manajemen Lion Air telah memiliki SOP manajemen
krisis, hanya saja SOP tersebut dianggap belum sesuai dengan SOP yang dimaksud.
Keterbukaan manajemen terhadap SOP yang telah ada, juga dapat membantu pihak
manajemen Lion Air sendiri untuk memperbaiki standarisasi SOP yang telah ada.
Dengan standarisasi SOP yang sesuai dengan Kementerian Perhubungan maka Lion
Air dapat mencegah terulangnya masalah ini.
3. Mau
mengakui kelemahan dan kekurangan atas segala yang telah dilakukan.
Terkait
wacana dapat dilihat pada paragraf sepuluh yang menjelaskan bahwa Direktur
Airport Service Lion Air, Daniel Putut yang hadir dalam konferensi per situ
menjelaskan, manajemen Lion Air siap menerima sanksi apapun sebagai bentuk
tanggung jawab mereka terhadap pelanggan.
4. Mau
bekerjasama dan menghargai orang lain.
Sikap
bekerjasama ini sangat menunjang perbaikan SOP manajemen Lion Air dan juga
dapat memperbaiki hubungan eksternal Lion Air. Hal ini pada wacana dapat
dilihat pada paragraf tiga belas yang menyatakan “hari ini saya duduk bersama
dengan pihak Angkasa Pura I dan II untuk menginventarisir berapa kerugiannya,
jika kemudian pihak Angkasa Pura mengirimkan invoice pasti kami bayarkan”.
Pernyataan tersebut merupakan itikad baik dalam menyelesaikan masalah dan juga
merupakan sikap empati dari pihak Lion Air.
Keseriusan
manajemen Lion Air mengatasi masalah ini sebagai sikap mendukung, juga
ditunjukkan dengan fokus pada penyusunan SOP manajemen krisis agar peristiwa
yang merugikan sekitar 155.000 pelanggan maskapai tersebut tidak terulang.
Sebagai
praktisi humas, saya juga menjelaskan bahwa manajemen Lion Air akan membenahi
beberapa item dalam sistem penanganan krisis dan melakukan perbaikan dari sisi
pelayanan terbaik kepada pelanggan sebagai bentuk rasa percaya diri dari Lion
Air, mampu mengatasi kendala dan mencegah kejadian tersebut terulang.
Pendekatan
kepada khalayak, calon penumpang dan pemerintah yaitu dengan memberikan
informasi sesuai yang dibutuhkan sehingga khalayak dan calon penumpang tetap
memilih maskapai Lion Air sebagai transportasi udara yang diandalkan.
Komponen
tindakan dalam strategi praktisi humas pada daya ekspresi dapat dilakukan untuk
membangun kembali reputasi yang baik, dalam hal ini manajemen Lion Air juga
melibatkan khalayak untuk memberikan feedback
atas kinerja pelayanan, misalnya dengan menyediakan toll free phone dan website interaktif.
Sebagai
praktisi humas, saya juga menerapkan strategi konfrontasi (aktivisme) dalam
orientasi pada lawan bicara, yang berfokus pada komunikasi persuasif sehingga
akhirnya khalayak memberi apresiasi pada manajemen Lion Air.
MK. Komunikasi
Organisasi
Iklim
bertahan (defensive climate)
bersifat,
·
Evaluasi.
·
Kontrol.
·
Srtategi.
·
Kenetralan.
·
Keunggulan.
·
Kepastian.
Contoh
bentuk iklim ini adalah ketika seseorang dinilai/ dikritik/ di evaluasi maka
reaksi ilmiah yang akan muncul adalah perasaan terancam. Ketika dian merasa
terancam maka kemungkinan dia akan memindahkan kesalahan dengan menyalahkan
orang lain atau mengevaluasi orang lain secara negative atau memberikan alasan
untuk merasionalkan perilakunya.
Dalam
menangani kasus tersebut, Lion Air menggunakan iklim mendukung (supportiveness climate).
Iklim
mendukung (supportiveness climate)
bersifat,
·
Deskriptif.
·
Orientasi masalah.
·
Spontanitas.
·
Empati.
·
Kesamaan.
·
Provisonalisme.
Praktisi
humas yang mewakili manajemen Lion Air perlu mendekripsikan atau menjelaskan
secara runut kendala yang menyebabkan penundaan dan pembatalan penerbangan,
memberikan informasi SOP sebelumnya yang telah dimiliki sebagai upaya
pencegahan yang pernah dilakukan. Lion Air sebagai maskapai terpercaya sudah
menyiapkan standart operation untuk
mencegah berbagai hal yang dapat merugikan penumpang. Kejadian diluar
ekspektasi ini sangat disesali oleh Lion Air.
Pemecahan
masalah merupakan orientasi kerja Lion Air, tim Direktorat Perhubungan dan
Kementerian Perhubungan. Hal ini terkait hasil pemeriksaan yang
direkomendasikan tim Direktorat Perhubungan dan Kementerian Perhubungan kepada
Lion Air untuk membenahi sistem penanganan krisis.
Secara spontanitas
tanpa upaya menyangkal (defensive)
menerima pembekuan izin yang dilakukan oleh Kementerian Perhubungan merupakan
wujud nyata sikap menghormati Lion Air atas kejadian ini dan untuk menonjolkan
sikap kesamaan Lion Air patuh terhadap regulasi yang ditetapkan Kementerian
Perhubungan. Sikap saling mendukung juga dilakukan dengan duduk bersama PT.
Angkasa Pura I dan II serta mengganti kerugian senilai Rp 100 juta atas
kerusakan berbagai fasilitas bandara yang dilakukan oleh calon penumpang
sebagai bentuk empati dari Lion Air dalam menyikapi permasalahan penundaan dan
pembatalan penerbangan.
No comments:
Post a Comment