Menyusun Karya Ilmiah (
KARIL) merupakan salah satu syarat kelulusan di Universitas Terbuka. Jika pada
umumnya mahasiswa menyusun Skripsi sebagai salah tugas akhir dalam proses
kelulusan, maka tidak demikian dengan Universitas Terbuka.
Mahasiswa Universitas
Terbuka di wajibkan membuat Karil yang merupakan hasil karya tulisan mahasiswa
itu sendiri, tidak mudah memang tetapi bukan berarti tidak bisa hanya perlu
proses saja.
Sebagai mahasiswi
Universitas Terbuka saya ingin berbagi contoh Karil yang saya dan teman-teman
UT lainnya gunakan dan sudah di upload di UT.
Semoga dapat bermanfaat ya.
EFEK PSIKOLOGIS KEKERASAN VERBAL PADA PERILAKU
BULLYING DI SEKOLAH DASAR
NIM :
017526551
Program
Studi Ilmu Komunikasi
FISIP
Universitas Terbuka UPBJJ – Jakarta
ABSTRAK
Bullying merupakan masalah
yang dampaknya ditanggung oleh pelaku, korban ataupun siswa yang menyaksikan.
Kekerasan verbal yang sering terjadi khususnya di lingkungan Sekolah Dasar menjadi
hal yang memperihatinkan. Tidak menutup kemungkinan pelaku yang menjadi “eksekutor” bullying pada Sekolah Dasar berawal dari korban ataupun siswa yang pernah
menyaksikan dan ingin mengekspresikan diri dari pengalaman yang didapat.
Kecenderungan mengaplikasikan pengalaman inilah yang membutuhkan pengendalian
diri dari siswa. Siswa Sekolah Dasar memerlukan perhatian dan memiliki
keinginan untuk lebih unggul dari teman seusianya, perlu edukasi dari orang tua
dan pihak sekolah akan memperkecil persentase terjadinya bullying. Korban bullying
memiliki kepercayaan diri yang rendah sehingga mudah untuk didominasi dan
cenderung menerima perlakuan tanpa adanya perlawanan, akibatnya timbul rasa
cemas, depresi, menjadi pemurung dan enggan untuk membaur dengan teman sebayanya
sedangkan bagi siswa yang menyaksikan akan merasa ketakutan untuk merefleksikan
diri. Guru sebagai orang tua bagi siswa di sekolah harus memberikan contoh dan
mengajarkan berperilaku saling menghormati. Bimbingan yang tepat dari orang tua
dan pihak sekolah dapat memberikan pemahaman pentingnya bertoleransi dalam
berinteraksi.
Kata Kunci : Bullying,
Kekerasan Verbal.
Pendahuluan
Memproduksi pesan sama mendasarnya bagi
kehidupan kita dengan menerima pesan. Selain faktor yang terkait dengan
penerima pesan, karakteristik informasi atau pesan juga memiliki dampak yang
besar terhadap proses seleksi, interpretasi dan retensi. Dalam kenyataannya,
setiap aspek perilaku kita, bahasa, nada suara, penampilan, mata, tindakan,
bahkan penggunaan ruang dan waktu adalah sumber informasi potensial yang dapat
dipilih untuk diperhatikan, diinterpretasikan, diingat, dan ditindaklanjuti
oleh orang lain. Sejalan pertumbuhan usia, kemampuan fonetik, sintaksis,
sematik dan pragmatik anak juga meningkat, kata-kata yang digunakan meningkat
kepada cara yang lebih abstrak. (Brent D. Ruben, Lea P. Stewart, 2014: 137-144).
Kepribadian
atau psyche adalah mencakup keseluruhan
pikiran, perasaan, tingkah laku, kesadaran dan ketidaksadaran. Kepribadian membimbing
orang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik.
(Alwisol, 2014: 40). Salah satu dari empat deskripsi konsep diri adalah diri
nyata (real self) merupakan pandangan
subjektif bagaimana diri yang sebenarnya, mencakup potensi untuk berkembang,
kebahagiaan, kekuatan, kemauan, kemampuan khusus dan keinginan untuk realisasi
diri, keinginan untuk spontan menyatakan diri yang sebenarnya. (Alwisol, 2014:
137).
Komunikasi
yang digunakan dalam keseharian memiliki dampak positif dan negatif yang dapat
membentuk pribadi setiap manusia, dalam hal ini adalah siswa Sekolah Dasar. Bullying
adalah kekerasan verbal yang memiliki dampak besar dalam jangka waktu yang
panjang bagi siswa. Mental yang tertekan akan berdampak secara psikologis dan mempengaruhi
pola pikir serta tingkah laku. Karakteristik fisik dan perilaku sering dijadikan bahan bullying antar siswa karena merupakan
pengamatan dini yang mudah disimpulkan oleh anak-anak Sekolah Dasar, misalnya siswa yang bertubuh gemuk atau siswa laki-laki yang berperilaku
feminim. Tindakan ringan antar siswa
seperti mengejek kekurangan teman, memukul, mendorong merupakan awal dari
tindakan bully di sekolah dan dilakukan berulang. Tidak jarang
tindakan ringan tersebut dapat berakibat fatal karena siswa menanggapi ejekan
dengan tindakan agresif. Bullying merupakan
masalah atau problem sosial yang perlu diperhatikan oleh pihak sekolah dan
orang tua.
Di lingkungan sekolah siswa mendengarkan,
mengamati dan menginterpretasikan pesan yang diterima. Pengalaman pribadi ini
bersifat subjektif dan berpengaruh besar pada kepribadian siswa. Umpan balik
dari pesan verbal yang dilontarkan siswa ditanggapi spontanitas oleh siswa
lainnya. Perilaku komunikasi yang mengadopsi kekerasan verbal dapat
mempengaruhi konsep diri dan penghargaan diri. Keinginan menjadi superior atau yang paling unggul
diantara teman sebaya menimbulkan kepercayaan diri yang berlebihan sehingga merasa
berkuasa untuk menyudutkan. Dilain pihak siswa dengan kepercayaan diri yang
rendah menanggapi tindakan dengan sikap apatis, pasrah dan merasa tidak mampu. Tekanan
psikis yang dialami dapat membuat perubahan perilaku siswa di lingkungan
sekolah dan di rumah.
Lingkungan
sekolah merupakan tempat interaksi yang dapat dijadikan
contoh oleh anak-anak sehingga terbentuk karakter yang unggul secara mental dan
intelektual. Lingkungan yang baik akan merepresentasikan citra atau gambaran
dari rasa nyaman dan aman sehingga anak-anak dapat mengembangkan diri,
mengekspresikan diri secara positif serta memiliki sikap saling menghargai,
empati dan saling menyayangi.
Isi
Gaya
komunikasi dapat mempengaruhi penerimaan informasi dalam dua cara; pertama tergantung pada kebiasaan dan
kesukaan kita, kita pilih lanjutkan atau justru kita hindarkan secara aktif
dalam soal kesempatan untuk berurusan dengan orang lain, kedua pengaruh tidak langsung oleh gaya komunikasi kita kepada
penerimaan informasi, berkaitan dengan cara dimana kita menampilkan diri kepada
orang lain. Banyak dari kecenderungan penerimaan informasi berkembang sebagai
hasil dari pengalaman. (Brent D. Ruben, Lea P. Stewart, 2014: 119).
Max Wertheimer
membangun teori gestalt dari temuannya yang terkenal, phy phenomenon bahwa pengalaman baru, sesudah diterima indera tidak
dipersepsi apa adanya, tetapi digabung lebih dulu dengan pengalaman lama. Daya
tahan setiap orang menghadapi tekanan lingkungan berbeda-beda, psikologi
kepribadian mengukur dan memprediksi dampak lingkungan terhadap tingkah laku. (Alwisol,
2014: 5-9). Anak yang dilarang melakukan aktivitas, akan kehilangan kemampuan menstimuli diri
yang cukup. Energi independen dari ego terhambat dan ego tidak dapat berkembang
melalui ekspresi kegiatan bebas. Dampaknya adalah kecemasan, malu, ragu dan
hilangnya minat eksporasi, semuanya mengarah ke kerusakan efikasi diri.
(Alwisol, 2014: 118).
Tingkat Sekolah Dasar
merupakan tingkat peralihan bagi anak-anak, jika sebelumnya anak sangat
bergantung kepada orang tua khususnya Ibu, pada tingkat ini anak-anak dituntut
untuk lebih mandiri, belajar untuk menerapkan problem solving atau penyelesaian masalah dengan caranya sendiri. Keinginan dasar untuk mengembangkan diri
dan mengikuti kata hati pada anak perlu pengarahan, pengetahuan
dan pemahaman dalam mengatasi masalah, hal ini akan berdampak positif pada cara
dan perilaku yang diekspresikan.
Persepsi anak terhadap diri sendiri dan orang lain, dimulai dari keluarga dan
lingkungan terdekat kemudian anak merefleksikan diri dari pengalaman
yang didapat.
Karakteristik siswa
Sekolah Dasar seperti kekanak-kanakkan,
senang dipuji, ingin tahu tentang banyak hal, ingin terlihat lebih unggul,
manja, melawan, dan aktif merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
individu yang bersifat abstrak sedangkan karakteristrik yang berasal dari luar
diri seperti fisik, ukuran dan bentuk tubuh adalah hal yang paling mudah diberi
makna oleh anak-anak. Faktor lainnya yang juga mempengaruhi yaitu pola didik
orang tua terhadap anak. Misalnya anak
tunggal, orang tua yang memanjakan anak secara psikologis akan
memiliki keinginan yang sulit dibendung karena terbiasa dituruti kehendaknya.
Sedangkan anak yang di didik dengan “keras” akan memiliki sifat yang pemarah, mudah tersinggung dan lain-lain. Kebiasaan dan kesukaan anak berkembang sebagai hasil dari
pengalaman. Perbedaan pola
asuh ini akan mempengaruhi psikologi
anak serta hubungan anak dengan teman sebayanya.
Pada perkembangannya
komunikasi verbal di sekolah dapat membangun indentitas siswa. Aktivitas dan
kreativitas siswa mendorong kerjasama dalam pengambilan keputusan dan
menghindari sikap dominasi dalam lingkungan sekolah.
Komunikasi
interpersonal dalam hubungan juga dibentuk oleh distribusi kekuasaan. Ada
banyak situasi yang sama dimana asimetrik atau ketidakseimbangan kekuasaan
mempengaruhi komunikasi interpersonal. (Brent D. Ruben, Lea P. Stewart, 2014:
291).
Kebutuhan kekuatan,
keinginan berkuasa, tidak menghormati orang lain, memuja kekuatan dan
melecehkan kelemahan, biasanya dikombinasikan dengan kebutuhan prestis dan
kepemilikan yang berwujud sebagai kebutuhan mengontrol orang lain dan menolak
perasaan lemah atau bodoh. (Alwisol, 2014: 136).
Pelaku bullying pada
anak Sekolah Dasar menganggap tindakan yang dilakukan sebagai bentuk show off dari power yang dimiliki, pandangan citra diri ini membentuk
konsep diri yang mengarah kepada
pemikiran dan perilaku tertentu. Umumnya
pelaku bullying mempunyai latar
belakang seperti emosi yang tidak terkendali, mudah putus asa, dominan dan
sering menunjukkan kekerasan dalam kesehariannya. Keluarga memiliki pengaruh
besar terhadap perilaku anak, penghinaan, kekerasan fisik, meneriaki anak dapat
mendorong anak berperilaku yang sama.
Penerimaan sosial dan penolakan dalam lingkungan sekolah
“menjerumuskan” anak kepada sikap tertentu. Misalnya anak yang memiliki
kepercayaan diri yang tinggi akan mudah bergaul dengan teman
sebayanya, dilain pihak anak yang merasa memiliki kekurangan
seperti gemuk atau pendek akan menarik diri dari lingkungan karena merasa minder. Sikap menarik diri inilah yang
menyebabkan anak mudah untuk di bully. Tekanan yang dihadapi akan disikapi berbeda-beda oleh
setiap anak, ada yang menanggapi dengan santai tetapi tidak sedikit yang
berdampak besar terhadap tingkah laku. Bullying
merupakan tindakan yang sering terjadi disetiap tingkatan sekolah, perlunya
kesadaran bahaya bullying membutuhkan
peran serta pihak sekolah. Tindakan mengantisipasi dapat dilakukan dengan
kerjasama antara sekolah dan orang tua. Dengan menjalin komunikasi
yang baik akan menyatukan dan memberikan pengertian untuk menghargai perbedaan
serta mendorong siswa untuk memahami diri sendiri. Identitas diri di lingkungan
sosial mempengaruhi perilaku secara konsisten baik dalam bentuk komunikasi
verbal dan non verbal.
Komunikasi manusia beroperasi dalam
berbagai konteks dan berbagai tingkatan. Ia bagaikan peredaran darah dalam
tubuh, bagi individu, bagi hubungan, bagi kelompok, organisasi dan masyarakat
dan padanya ada interaksi antarkonteks dan antartingkat. (Brent D. Ruben, Lea
P. Stewart, 2014: 100).
Dampak dari bullying adalah kecemasan, malu, ragu dan hilangnya minat eksporasi,
semuanya mengarah ke kerusakan efiksi diri. (Alwisol, 2014: 118).
Reaksi terhadap aksi bullying menghasilkan interaksi yang
cenderung agresif. Tidak sedikit peristiwa kekerasan verbal tersebut berujung
pada hilangnya nyawa, tindakan ini memiliki konsekuensi jangka panjang dan masa
depan siswa akan terancam. Tindakan bullying
terjadi minimal melibatkan dua orang yang berada pada situasi aksi dan reaksi,
pelaku akan memilih korban yang dianggap lemah dalam memberikan tanggapan dan
terus mengulangi perbuatannya. Sedangkan bagi korban akan mengalami perubahan
sikap seperti takut untuk ke sekolah, suka menyendiri, menjadi pendiam dan
sering menangis. Perilaku tertutup ini menyulitkan orang tua dan guru untuk
membantu memulihkan kepribadiannya. Self efficacy atau efiksi diri adalah kepercayaan atau keyakinan individu atas kemampuan
dirinya sendiri. Perspektif yang ditinggalkan pelaku dalam
benak korban dapat disalah artikan sebagai tindakan balasan atas perlakuan yang
pernah dialami.
Menyaksikan bullying di sekolah tanpa memiliki
kemampuan untuk membantu teman yang menjadi korban akan meninggalkan rasa ketakutan dan
perasaan bersalah. Tekanan psikis ini sama membebankannya dengan menjadi
korban. Kecenderungan menjauhi kerumunan teman sebaya menjadi tanda gangguan
psikologis siswa, integritas kepribadian dan kemampuan intelektual siswa akan
terhambat. Kebutuhan untuk dipahami dan beraktivitas di lingkungan sekolah
perlu ditunjang oleh rasa aman dan terlindungi dalam mengekspresikan diri.
Gaya interpersonal
juga memainkan peran penting dalam membentuk pola komunikasi yang muncul dalam
hubungan. (Brent D. Ruben, Lea P. Stewart, 2014: 290).
Menurut Horney, bahwa
manusia kalau mendapat lingkungan yang disiplin dan hangat akan mengembangkan
perasaan aman dan percaya diri serta kecenderungan untuk bergerak menuju
realisasi diri. Celakanya pengaruh negative pada awal perkembangan sering
merusak kecenderungan alami menuju realisasi diri. (Alwisol, 2014: 138).
Hubungan
interpersonal antara anak dan orang tua dapat mengembangkan harapan yang
mempengaruhi perbuatan dan tindakan, komunikasi verbal tersebut membuat
penyimpulan peranan anak di lingkungan sehingga dalam berinteraksi anak meletakkan
dirinya masing-masing kedalam diri pihak lainnya, hal inilah yang menumbuhkan
sifat empati pada diri anak.
Hubungan di
lingkungan sekolah juga dikembangkan oleh komunikasi interpersonal, hubungan
timbal balik dan tindakan. Pengalaman interpersonal yang bertentangan diartikan
sebagai bentuk ancaman maka timbul upaya pencegahan seperti melawan atau
membalas, ini merupakan bentuk pertahanan diri terkait prinsip aktualisasi
diri. Kemampuan untuk menghindari perlakuan yang bertentangan dapat mempengaruhi
pelaku bullying dalam bertindak. Gambaran
yang ada dalam benak siswa, berkembang disetiap masanya dan bersifat kompleks.
Perhatian yang intens dari guru dapat
mencegah perilaku negatif sedini mungkin sehingga siswa dapat berfikir dan
memahami hubungan dengan lingkungan dan sesama.
Situasi yang kondusif di sekolah dapat
membantu mengatasi kesendirian dan perasaan terisolasi sehingga siswa dapat merealisasikan
diri di lingkungan. Pihak sekolah sebagai orang tua asuh bagi anak dalam dunia
pendidikan memiliki peranan penting untuk mencegah dan memberikan edukasi. Keperdulian
guru dibutuhkan untuk memahami, mencegah dan mengatasi bullying sehingga kekerasan verbal ini tidak terus “menjamur” dan
merusak mental dan kepribadian siswa. Kegiatan sekolah yang membangun kedekatan
dan kerjasama antar siswa merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan.
Misalnya pada hari tertentu sekolah dapat mengadakan kegiatan senam bersama
atau kegiatan kerja bakti. Saling mengenal dengan baik dapat menumbuhkan rasa saling
menyayangi. Adaptasi antar siswa di lingkungan sekolah merupakan hal mendasar
yang perlu dipahami setiap warga sekolah. Adaptasi yang baik dapat memelihara
komunikasi dan mencegah perilaku mendominasi dan mengendalikan orang lain.
Karakteristik lainnya terkait komunikasi
manusia adalah kemampuan kita untuk merefleksikan diri karena kapasitas
penggunaan simbol, kita dapat berefleksi diri dan bertindak untuk menetapkan
tujuan dan prioritas untuk meraih harapan. (Brent D. Ruben, Lea P. Stewart,
2014: 101).
Masyarakat dapat mendorong atau
merintangi aktualisasi diri. Sekolah misalnya, dapat mendorong siswanya
mengejar aktualisasi diri dengan memberi siswa kepuasan perasaan aman,
kebersamaan dan esteem. (Alwisol,
2014: 209).
Komunikasi tatap muka (face to face communication) antara guru
dan siswa, menciptakan komunikasi yang efektif, memberikan peluang untuk
mempengaruhi sehingga upaya pencegahan yang dilakukan dapat direspon positif. Interaksi
verbal ini dapat mengubah perilaku sesuai yang diharapkan. Pemahaman bahaya bullying pada anak juga dapat dilakukan
melalui kegiatan sekolah lainnya seperti mengadakan pentas seni drama. Kegiatan
ini memberikan hiburan, keberanian untuk tampil didepan khalayak sekaligus
edukasi kepada para siswa. Pentas seni drama di sekolah juga diartikan sebagai
bentuk aplikasi dari kreativitas siswa. Dengan menampilkan tokoh pelaku, korban
dan saksi akan merangsang pola pikir anak tentang perilaku negatif. Tokoh
pelaku sebagai figure antagonis dapat menciptakan imajinasi siswa tentang
perilaku dan tindakan yang tidak disukai oleh orang lain. Tokoh korban yang
diperankan siswa dapat membangun semangat dan memperbaiki mental siswa bahwa
menjadi korban bullying dapat diatasi
dengan membangun dan mengubah hubungan dengan lingkungan. Sedangkan tokoh saksi, dapat memahami tindakan apa yang
perlu dilakukan jika melihat teman yang menjadi pelaku maupun korban bullying, misalnya dengan melaporkan
kejadian kepada guru.
Kegiatan ini juga melibatkan orang tua,
sehingga dapat membantu mengintervensi perilaku anak tidak hanya di lingkungan
sekolah tetapi juga di lingkungan lainnya. Perhatian yang intens dari orang tua dan guru akan merubah persepsi anak tentang power yang ada dalam diri mereka. Pentas
seni drama yang dilakukan di sekolah akan meninggalkan “bekas” dalam ingatan
siswa. Kegiatan ini juga dapat menumbuhkan rasa kebersamaan sehingga mereka
dapat intropeksi diri atas perilaku dan tindakan yang mereka lakukan.
Beraksi, bereaksi dan berinteraksi
adalah kegiatan yang paling mendasar dalam komunikasi manusia. Tiga hal ini
sangat penting untuk fungsi dasar seperti navigasi dan hubungan orangtua-anak
yang sama pentingnya untuk interpretasi, perkembangan kognitif, pengembangan
diri, ekspresi diri dan refleksi diri atau renungan diri. (Brent D. Ruben, Lea
P. Stewart, 2014: 235).
Dalam persuasi sosial, efikasi diri juga
dapat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan. Kondisi itu adalah rasa percaya
kepada pemberi persuasi dan bersifat realistik dari apa yang dipersuasikan.
(Alwisol, 2014: 289).
Orang tua yang
mendapati anaknya sebagai pelaku bullying
tentunya khawatir dengan persepsi dari lingkungan. Julukan yang diberikan
seperti anak nakal cenderung permanen atau
menetap dalam diri anak. Cara menyikapi hal ini juga berpengaruh kepada mental
anak. Jika orang tua menindaklanjuti
dengan memberikan sanksi, maka anak akan belajar memberikan sanksi kepada teman
mereka yang dianggap tidak sependapat. Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah
dengan menciptakan suasana hangat, bersahabat, tidak menyalahkan, memberi
dukungan, memberi pengertian dan perhatian yang lebih kepada anak sehingga anak
akan mengurangi perilaku agresif dengan sendirinya. Menjadi teman diskusi bagi
anak dapat menghindari lonjakan emosional dan anak terbiasa sharing dengan orang tua berbagi cerita untuk
menemukan strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah di
sekolah.
Bullying
tidak
mudah untuk dihilangkan, proses penyesuaian diri, pandangan dan perasaan
tentang diri sendiri atau konsep diri (self
concept) akan menentukan batasan siswa dalam bertindak. Membantu anak
mengatasi problem perilaku adalah tanggung jawab bersama orang tua dan guru.
Komunikasi tatap muka memungkinkan siswa memberikan feedback atau umpan balik secara langsung. Tidak mudah
menghilangkan bullying di sekolah
tetapi dengan tindakan konsisten dari guru dapat memperkecil persentase bullying di sekolah. Siswa yang
menjalani kehidupan secara sehat, memiliki motivasi yang besar mencapai masa
depan serta memiliki persepsi yang cermat akan lebih fleksibel menghadapi
pengalaman dan berani untuk terus mengaktualisasikan diri di lingkungan.
Pola komunikasi
berkembang dalam suatu hubungan, hubungan siswa Sekolah Dasar dengan teman
sebaya dan guru merupakan hubungan jangka panjang karena akan berlangsung
selama enam tahun masa pendidikan. Waktu yang relatif lama
ini akan mempengaruhi pola hubungan warga sekolah. Sikap awal bertemu dan
berinteraksi akan berubah melalui serangkaian tahapan seiring kedekatan yang
terjalin akan mempengaruhi komunikasi dalam hubungan.
Kesimpulan
Bullying
merupakan
perilaku dalam bentuk kekerasan verbal yang menjurus ketindak kekerasan non
verbal. Pihak-pihak terkait dalam perilaku ini seperti pelaku, korban dan saksi
menjadi individu yang perlu perhatian khusus dari guru dan orang tua. Pemahaman
atas perilaku ini menjadi acuan untuk siswa menghadapi perilaku yang dihadapi,
bagi guru dan orang tua hal ini menjadi dasar dalam mengantisipasi atau
mencegah perilaku bullying. Mengenali
dan menerima perlakuan yang pantas di lingkungan dapat mengisi pengalaman dan
menjadi bimbingan bagi siswa untuk melangkah dalam bersikap positif dan
mengaplikasikan aktualisasi diri.
Aktualisasi diri dari pengalaman subjektif
dapat membantu siswa untuk menyerap seluruh pengalaman dan mengekspresikan diri
secara baik. Semua siswa mengharapkan kehangatan dan penerimaan dari lingkungan
agar dapat membuat pilihan yang bermakna dalam kehidupan.
Pada perkembangannya peserta didik atau siswa
sekolah akan mengalami perubahan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosial. Di dalam diri siswa terdapat potensi-potensi untuk tumbuh mandiri dan
kreatif, hal ini terkait harga diri (self esteem) yang ingin ditonjolkan,
semakin berkembang siswa maka akan lebih mampu mengatasi lingkungannya. Memahami
apa yang dipikirkan, dirasakan dan diinginkan dapat membantu menjaga emosi dan perubahan
perilaku kepribadian.
Guru dan orang tua memiliki peran besar dalam
perkembangan siswa untuk memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah dan
merancang masa depan sehingga mampu untuk mempelajari, memperhatikan dan
bersosialisasi dengan baik di lingkungan.
Saran
Perlunya edukasi kepada siswa dalam bentuk
komunikasi verbal face to face dan
dalam bentuk kegiatan penunjang lainnya. Respon
guru dan orang tua pada perilaku bullying
dapat memfasilitasi perkembangan anak dalam bertindak. Siswa perlu belajar
memahami tanggung jawab sosial untuk segera bertindak jika melihat atau
mengalami perilaku bullying.
Komunikasi dapat mendekatkan sikap siswa dengan sikap lainnya dan juga bisa
menjauhkannya. Memotivasi dan memahami kebutuhan siswa seperti kebutuhan rasa
aman di lingkungan dapat menjadikan siswa yang berprestasi dan maju.
Pengalaman adalah pengaruh besar terhadap
cara siswa memilih dan menafsirkan. Melalui komunikasi verbal, perilaku dan
tindakan yang positif menghasilkan siswa yang berpotensi di lingkungan sekolah
dan lingkungan sosial lainnya.
Daftar Pustaka
Alwisol,
2014. Psikologi Kepribadian. Malang :
UMM Press.
Ruben D. Brent,
Stewart P. Lea, 2014. Komunikasi dan
Perilaku Manusia.
Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Metode ini apa kusus untuk program s2 atau s1 juga. ? Mohon bantuanya
ReplyDeleteDear Cristina
DeleteBlog saya saya adalah materi saat saya menyelesaikan studi S1 di Universitas Terbuka
Terima kasih sudah mengunjungi blog saya, semoga bermanfaat.
Karya Ilmiah digunakan di Universitas Terbuka sebagai salah satu syarat kelulusan pada jenjang S1.
ReplyDeletesingkat sekali ya...
ReplyDeleteSesuai dengan standart yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka
DeleteMaaf kak saya anak ut sedang mencari referensi. kalo untuk mencari judul atau permasalahan baiknya yang seperti apa yah kak ? Mohon saran dan bantuannya,
ReplyDeleteDear sifulan
DeleteMaaf late replay sekali saya
Saran saya untuk judul sebaiknya cari judul yang lingkupnya ada anda kuasai karena akan memudahkan anda dalam mengembangkannya.
Terima kasih sudah mengunjungi blog saya, semoga bermanfaat
Berapa sebenarnya standard jumlah halaman yang ditetapkan UT. saya dengar 12-halaman. Bagaimana dengan riset pendukung? salam
ReplyDeleteDear AETri
DeleteMaaf late replay,
Betul sekali minimal 12 halaman untuk prodi Ilmu Komunikasi.
Terima kasih sudah mengunjungi blog saya, semoga bermanfaat.
Halo, kalau boleh tau sekarang apakah sudah bekerja, jika sudah bekerja dibidang apa? Trimakasih
ReplyDeleteDear honey,
DeleteMaaf late replay
Saya sudah bekerja, dengan bidang yang jauh berbeda & sangat bersyukur sekali bisa mempelajari banyak bidang.
Terima kasih sudah mengunjugi blog saya, semoga bermanfaat.
kak mau tanya emang boleh ya bikin karya ilmiah di UT gak pake kerangka teori ?
ReplyDeleteMaaf late replay.
DeleteDi prodi ilmu komunikasi, saat penulisan menggunakan kerangka teori dan kaidah penulisan.
Terima kasih sudah mengunjungi blog saya, sukses selalu.
kak apakah karya ilmiah di ut nanti akan di presentaseka juga atau hanya di upload saja?
ReplyDeleteHanya di uplpad saja.
DeleteGa pake tinjauan pustaka ka ?
ReplyDeleteSangat bermanfaat bagi saya yg sedang proses di semester 8
ReplyDeleteTerima kasih sudah mengunjungi blog saya.
DeleteHai, untuk melihat syarat kelulusan prodi Ilmu Komunikasi UT dapat dilihat di mana ya? Terima kasih.
ReplyDeleteMba, itu daftar pustaka hanya dari 2 buku saja ya?
ReplyDelete