Fenomena
ketimpangan arus informasi yang terjadi dalam komunikasi internasional terkait
dengan sumber daya manusia dan infrastuktur yang mendukungnya.
Komunikasi internasional adalah
komunikasi yang dilakukan komunikator yang mewakili suatu Negara untuk menyampaikan
pesan-pesan yang berkaitan dengan kepentingan negaranya kepada komunikan dari
negara lain. Gerhard Maletzke dalam bukunya Intercultural
and International Communications, menyatakan bahwa komunikasi internasional
adalah proses komunikasi antar berbagai negara atau bangsa yang melintasi
batas-batas negara dimana komunikasi ini tercermin dalam diplomasi dan
propaganda dan seringkali berhubungan dengan situasi Intercultural.
Ketimpangan arus komunikasi ini
berlangsung sejak lama dan saat ini arus komunikasi masih mengalir tidak
berimbang. Arus informasi lebih didominasi oleh negara barat yang mengalir ke
negara-negara berkembang. Negara maju menjadi pemimpin dalam komunikasi
internasional. Hal ini memang disebabkan karena sumber daya manusia dari negara
maju lebih dianggap memiliki nilai plus dibandingkan sumber daya dari negara
berkembang. Keahlian ( expertness ) dan kelayakan dipercaya ( trustworthiness )
menjadi penentu sehingga sumber daya negara maju dianggap lebih kredibel.
Kredibiltas itu sendiri memiliki beberapa variable antara lain, sebagai berikut
:
1. Keaktraktivan
( attaactivess ) yaitu beraktraktif dihadapan khalayak mempunyai peluang lebih
besar untuk mendapatkan perhatian.
2. Motif
( motive ) yaitu mampu menyamarkan fakta bahwa tujuan komunikasi yang
disampaikannya adalah membujuk.
3. Kesamaan
( similarity ) yaitu kemampuan untuk mengelimir perbedaan yang mungkin ada
antara komunikator dengan komunikan.
4. Keterpercayaan
( trustworthiness ) yaitu kominikator yang bisa dipercaya.
5. Keahlian
( expertness ) yaitu kualitas komunikator.
6. Keaslian
pesan ( origin of the mesaage )
Selain itu dari fasilitas dan teknologi negara
maju juga lebih unggul sehingga menghasilkan komunikasi yang canggih dan
unggul.
Salah
satu contoh ketimpangan arus informasi terkait sumber daya manusia dan infra
struktur dapat kita lihat pada saat terjadi kasus penyadapan yang dilakukan
pemerintah Australia terhadap Presiden, Ibu Negara dan sejumlah menteri
Indonesia pada tahun 2013. Pemerintah Australia melakukan penyadapan untuk
mendapatkan informasi yang dianggap penting walaupun dengan cara yang tidak
pantas. Dengan memanfaatkan teknologi dan sumber daya yang mereka miliki
dimanfaatkan untuk mengakses informasi yang mereka perlukan. Hal ini mengundang
reaksi keras dari rakyat Indonesia. Penyadapan yang dilakukan beberapa kali
dalam waktu tertentu menunjukan lemahnya teknologi yang dimiliki Indonesia
sebagai salah satu negara berkembang.
Hal ini seharusnya menjadi perhatian
penting bagi pemerintah Indonesia untuk
mencetak sumber daya manusia yang unggul serta pengembangan teknologi sehingga
Indonesia dapat mengejar kekurangan tersebut.
Selain itu ketimpangan
arus informasi dapat juga kita lihat dari banyaknya trend dari negara maju yang
diikuti oleh negara berkembang. Banyak kaula muda yang lebih senang dan
mengagumi budaya ataupun trend dari negara luar. Hal ini menjadi keuntungan
bagi negara maju karena produk ataupun trend yang mereka tawarkan kepasar akan
mempunyai daya tarik lebih baik harga maupun kualitas dibandingkan negara
berkembang yang teknologinya masih rendah.
Ketimpangan arus informasi ini dapat
diatasi tidak hanya dari peningkatan sumber daya manusia maupun dari sisi
teknologi tetapi menurut saya ketimpangan arus ini juga dapat diubah dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih dan mencintai produk dalam negeri
serta memiliki rasa bangga dengan budaya sendiri sehingga dapat meningkatkan citra
bangsa dimata masyarakatnya sendiri.
Sumber :
Modul SKOM
4435 Komunikasi Internasional
https://www.google.co.id/search?q=gambar+ketimpangan+arus+informasi
No comments:
Post a Comment