Menurut Coser ( 1956 ) konflik adalah perilaku
dan kondisi seseorang yang tengah dilakukannya dan juga perbedaan focus dan
pemahaman manusia. Menurut Krisberg ( 1982 ) konflik adalah berbedanya tujuan
masing-masing manusia ( individu ), kelompok dan etnis, dalam suatu bangsa dan
negara. Konflik didefinisikan sebagai interaksi antara dua atau lebih pihak
yang satu sama lain saling bergantung namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan
dimana setidaknya salah satu dari pihak tersebut menyadari perbedaan dan melakukan
tindakan untuk mengatasi perbedaan.
Misalnya saja konflik antar etnis yang terjadi
di Timika, Papua antara suku Dani dan pendatang yang terjadi pada 11 Agustus
2014, mengakibatkan 7 korban meninggal dan 13 korban luka-luka. Konflik ini
berawal dari kematian kepala suku Dani yang jasadnya ditemukan oleh warga.
Kejadian ini membuat situasi kota Timika mencekam. Konflik antara suku Dani dan
pendatang membuat kedua kelompok tersebut mudah terprovokasi sehingga pengamanan
terus dilakukan oleh pihak kepolisian untuk menengahi konflik ini.
Dari kasus tersebut, perbedaan budaya antara
suku Dani dan pendatang membuat gesekan tersendiri dalam kehidupan
bermasyarakat. Perlunya toleransi yang tinggi dalam berkomunikasi sehingga
dapat mencegah perbedaan persepsi diantara kedua kelompok tersebut.
Berkenaan dengan komunikasi antarbudaya ,
Griffin (2003) menyadur Teori Uncertainty
Management ; Face Negotiation ; dan Speech Codes.
1.
Teori Uncertainty Management ( Teori Pengelolaan Kecemasan/ Ketidakpastian
)
Gudykunst bahwa kecemasan dan ketidakpastiaan
adalah penyebab kegagalan komunikasi pada situasi antar kelompok.
Pada kasus masyarakat Timika, penduduk asli
Timika, Papua merasa cemas dengan adanya pendatang dikota mereka. Pendatang
dianggap menjadi saingan dalam kehidupan keseharian. Ketidakpastian dalam hal
perekonomian menuntut penduduk asli berusaha keras untuk unggul dalam mata
pencaharian.
Selain itu pola tempat tinggal yang berkelompok
menjadikan persepsi yang terbentuk pun mengikuti persepsi kolompok dominan. Hal
ini menjadi jurang pemisah dalam kehidupan sehari-hari. Jarangnya interaksi
dengan orang asing menyebabkan tingkat kecemasan dan sifat tertutup membuat
masyarakat asli Timika, Papua sulit untuk menerima pendatang.
2.
Face Negotiation Theory
Teori yang dipublikasikan Stella Ting-Toomey
ini membantu menjelaskan perbedaan-perbedaan budaya dalam merespon konflik.
Pada teori ini konflik dikelola guna mencari titik tengah dari permasalahan. Pihak
kepolisian sebagai penegah masalah memfasilitasi antar kedua kelompok untuk
menahan diri serta bermusyawarah guna mengakhiri konflik yang ada karena hanya
akan menambah jatuhnya korban. Perlunya mengadakan diskusi secara berkala antar
kedua kelompok tersebut untuk membahas isu-isu yang dapat memprovokasi kedua
kelompok.
Pendatang sebagai penduduk baru dalam kota
Timika, diharapkan dapat memahami dan mengikuti budaya yang telah ada.
Dalam setiap perbedaan menuntut toleransi yang
tinggi sehingga antara kaum Dani dan pendatang dapat hidup berdampingan.
3.
Speech Codes Theory
Teori ini dipublikasikan oleh Gery Philipsen,
teori ini menjawab tentang keberadaan Speech Code dalam suatu budaya.
Disetiap budaya umumnya memiliki bahasa verbal
dan non verbal tersendiri. Timika Papua sendiri memiliki banyak suku yang masih
tetap menjunjung tinggi budaya adat leluhur. Sebagai penduduk pendatang
memahami adat istiadat penduduk Timika dapat mengurangi gesekan yang dapat
menimbulkan konflik.
Beragamnya kebudayaan yang disertai
adat istiadat yang berbeda dari setiap suku, memicu timbulnya konflik, oleh
sebab itu memahami komunikasi antarbudaya sangat penting agar dimana pun
individu bisa beradaptasi dengan baik dilingkungan yang memiliki budaya yang
berbeda. Individu diharapkan menghindari stereotype dan prejudis karena akan
menghalangi adanya komunikasi antara kelompok masyarakat yang memiliki
perbedaan.
Samovar dan Porter memberikan saran
untuk mengintropeksi diri kita, apakah betul-betul menganggap bahwa pandangan
kita terhadap kelompok lain sudah benar atau tidak, dan menghindari adanya
rumor atau penghinaan terhadap kelompok lain.
Sumber :
Modul SKOM 4318
Komunikasi Antarbudaya
http://adiprakosa.blogspot.co.id/2007/12/teori-komunikasi-antarbudaya.html