Thursday, October 29, 2015

Konflik Antar Etnis

Menurut Coser ( 1956 ) konflik adalah perilaku dan kondisi seseorang yang tengah dilakukannya dan juga perbedaan focus dan pemahaman manusia. Menurut Krisberg ( 1982 ) konflik adalah berbedanya tujuan masing-masing manusia ( individu ), kelompok dan etnis, dalam suatu bangsa dan negara. Konflik didefinisikan sebagai interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain saling bergantung namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan dimana setidaknya salah satu dari pihak tersebut menyadari perbedaan dan melakukan tindakan untuk mengatasi perbedaan.
Misalnya saja konflik antar etnis yang terjadi di Timika, Papua antara suku Dani dan pendatang yang terjadi pada 11 Agustus 2014, mengakibatkan 7 korban meninggal dan 13 korban luka-luka. Konflik ini berawal dari kematian kepala suku Dani yang jasadnya ditemukan oleh warga. Kejadian ini membuat situasi kota Timika mencekam. Konflik antara suku Dani dan pendatang membuat kedua kelompok tersebut mudah terprovokasi sehingga pengamanan terus dilakukan oleh pihak kepolisian untuk menengahi konflik ini.
Dari kasus tersebut, perbedaan budaya antara suku Dani dan pendatang membuat gesekan tersendiri dalam kehidupan bermasyarakat. Perlunya toleransi yang tinggi dalam berkomunikasi sehingga dapat mencegah perbedaan persepsi diantara kedua kelompok tersebut.
Berkenaan dengan komunikasi antarbudaya , Griffin (2003) menyadur Teori Uncertainty Management ; Face Negotiation ; dan Speech Codes.
1.      Teori Uncertainty Management ( Teori Pengelolaan Kecemasan/ Ketidakpastian )
Gudykunst bahwa kecemasan dan ketidakpastiaan adalah penyebab kegagalan komunikasi pada situasi antar kelompok.
Pada kasus masyarakat Timika, penduduk asli Timika, Papua merasa cemas dengan adanya pendatang dikota mereka. Pendatang dianggap menjadi saingan dalam kehidupan keseharian. Ketidakpastian dalam hal perekonomian menuntut penduduk asli berusaha keras untuk unggul dalam mata pencaharian.
Selain itu pola tempat tinggal yang berkelompok menjadikan persepsi yang terbentuk pun mengikuti persepsi kolompok dominan. Hal ini menjadi jurang pemisah dalam kehidupan sehari-hari. Jarangnya interaksi dengan orang asing menyebabkan tingkat kecemasan dan sifat tertutup membuat masyarakat asli Timika, Papua sulit untuk menerima pendatang.



2.      Face Negotiation Theory
Teori yang dipublikasikan Stella Ting-Toomey ini membantu menjelaskan perbedaan-perbedaan budaya dalam merespon konflik. Pada teori ini konflik dikelola guna mencari titik tengah dari permasalahan. Pihak kepolisian sebagai penegah masalah memfasilitasi antar kedua kelompok untuk menahan diri serta bermusyawarah guna mengakhiri konflik yang ada karena hanya akan menambah jatuhnya korban. Perlunya mengadakan diskusi secara berkala antar kedua kelompok tersebut untuk membahas isu-isu yang dapat memprovokasi kedua kelompok.
Pendatang sebagai penduduk baru dalam kota Timika, diharapkan dapat memahami dan mengikuti budaya yang telah ada.
Dalam setiap perbedaan menuntut toleransi yang tinggi sehingga antara kaum Dani dan pendatang dapat hidup berdampingan.

3.      Speech Codes Theory
Teori ini dipublikasikan oleh Gery Philipsen, teori ini menjawab tentang keberadaan Speech Code dalam suatu budaya.
Disetiap budaya umumnya memiliki bahasa verbal dan non verbal tersendiri. Timika Papua sendiri memiliki banyak suku yang masih tetap menjunjung tinggi budaya adat leluhur. Sebagai penduduk pendatang memahami adat istiadat penduduk Timika dapat mengurangi gesekan yang dapat menimbulkan konflik.

            Beragamnya kebudayaan yang disertai adat istiadat yang berbeda dari setiap suku, memicu timbulnya konflik, oleh sebab itu memahami komunikasi antarbudaya sangat penting agar dimana pun individu bisa beradaptasi dengan baik dilingkungan yang memiliki budaya yang berbeda. Individu diharapkan menghindari stereotype dan prejudis karena akan menghalangi adanya komunikasi antara kelompok masyarakat yang memiliki perbedaan.
            Samovar dan Porter memberikan saran untuk mengintropeksi diri kita, apakah betul-betul menganggap bahwa pandangan kita terhadap kelompok lain sudah benar atau tidak, dan menghindari adanya rumor atau penghinaan terhadap kelompok lain.


Sumber :
Modul SKOM 4318 Komunikasi Antarbudaya
http://adiprakosa.blogspot.co.id/2007/12/teori-komunikasi-antarbudaya.html

Aprehensi Komunikasi

Aprehensi komunikasi adalah kekhawatiran pada saat berkomunikasi merupakan kondisi kognitif seseorang yang karena perasaan khawatir yang berlebihan dan ketakutannya menyebabkan tidak memiliki pikiran apapun dalam benaknya dan juga tidak memahami sebab akibat social.
Komunikator dalam menyampaikan pesan dapat mengalami gangguan kognitif sehingga sulit menyampaikan pesan dan berakibat pesan tidak dipahami oleh komunikan. Hal ini dapat disebabkan oleh :
1.      Aktifitas berlebihan.
Contohnya saat saya pertama kali harus melakukan presentasi kerja jantung berebar kencang dan tangan saya pun berkeringat.
2.      Pemprosesan kognitif yang tidak tepat.
Seringkali pada saat akan menyampaikan hasil kerja kepada pimpinan timbul perasaan gugup, dan takut salah,  padahal materi sudah dikuasai namun pada saat menyampaikan pesan timbul perasaan khawatir yang berlebihan
3.      Ketrampilan komunikasi yang tidak tepat.
Ada pepatah yang mengatakan bisa karena terbiasa, begitu juga dengan berkomunikasi apabila kita terbiasa maka menjadi komunikator bukanlah hal yang sulit dan menakutkan. Perlunya keterampilan berkomunikasi dapat menambah rasa percaya diri.

Aprehensi komunikasi seringkali terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan saat kita sering melakukan presentasi pun masih sering mengalami aprehensi komunikasi. Perasaan khawatir yang berlebihan akan memicu adrenalin dalam tubuh sehingga tubuh merespon dengan cepat yang mengakibatkan jantung berdebar, tangan berkeringat dll.

Dengan mempelajari ilmu komunikasi tentunya memiliki keuntungan untuk dapat berkomunikasi dengan tepat. Sebagai seorang komunikator rasa percaya diri yang tingggi serta memahami materi yang akan disampaikan dapat memperkecil kemungkinan terjadinya aprehensi komunikasi.

Ketimpangan Arus Informasi

Fenomena ketimpangan arus informasi yang terjadi dalam komunikasi internasional terkait dengan sumber daya manusia dan infrastuktur yang mendukungnya.
            Komunikasi internasional adalah komunikasi yang dilakukan komunikator yang mewakili suatu Negara untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan kepentingan negaranya kepada komunikan dari negara lain. Gerhard Maletzke dalam bukunya Intercultural and International Communications, menyatakan bahwa komunikasi internasional adalah proses komunikasi antar berbagai negara atau bangsa yang melintasi batas-batas negara dimana komunikasi ini tercermin dalam diplomasi dan propaganda dan seringkali berhubungan dengan situasi Intercultural.
            Ketimpangan arus komunikasi ini berlangsung sejak lama dan saat ini arus komunikasi masih mengalir tidak berimbang. Arus informasi lebih didominasi oleh negara barat yang mengalir ke negara-negara berkembang. Negara maju menjadi pemimpin dalam komunikasi internasional. Hal ini memang disebabkan karena sumber daya manusia dari negara maju lebih dianggap memiliki nilai plus dibandingkan sumber daya dari negara berkembang. Keahlian ( expertness ) dan kelayakan dipercaya ( trustworthiness ) menjadi penentu sehingga sumber daya negara maju dianggap lebih kredibel. Kredibiltas itu sendiri memiliki beberapa variable antara lain, sebagai berikut :
1.      Keaktraktivan ( attaactivess ) yaitu beraktraktif dihadapan khalayak mempunyai peluang lebih besar untuk mendapatkan perhatian.
2.      Motif ( motive ) yaitu mampu menyamarkan fakta bahwa tujuan komunikasi yang disampaikannya adalah membujuk.
3.      Kesamaan ( similarity ) yaitu kemampuan untuk mengelimir perbedaan yang mungkin ada antara komunikator dengan komunikan.
4.      Keterpercayaan ( trustworthiness ) yaitu kominikator yang bisa dipercaya.
5.      Keahlian ( expertness ) yaitu kualitas komunikator.
6.      Keaslian pesan ( origin of the mesaage )
 Selain itu dari fasilitas dan teknologi negara maju juga lebih unggul sehingga menghasilkan komunikasi yang canggih dan unggul.
           



 Salah satu contoh ketimpangan arus informasi terkait sumber daya manusia dan infra struktur dapat kita lihat pada saat terjadi kasus penyadapan yang dilakukan pemerintah Australia terhadap Presiden, Ibu Negara dan sejumlah menteri Indonesia pada tahun 2013. Pemerintah Australia melakukan penyadapan untuk mendapatkan informasi yang dianggap penting walaupun dengan cara yang tidak pantas. Dengan memanfaatkan teknologi dan sumber daya yang mereka miliki dimanfaatkan untuk mengakses informasi yang mereka perlukan. Hal ini mengundang reaksi keras dari rakyat Indonesia. Penyadapan yang dilakukan beberapa kali dalam waktu tertentu menunjukan lemahnya teknologi yang dimiliki Indonesia sebagai salah satu negara berkembang.
            Hal ini seharusnya menjadi perhatian penting bagi pemerintah  Indonesia untuk mencetak sumber daya manusia yang unggul serta pengembangan teknologi sehingga Indonesia dapat mengejar kekurangan tersebut.
            Selain itu ketimpangan arus informasi dapat juga kita lihat dari banyaknya trend dari negara maju yang diikuti oleh negara berkembang. Banyak kaula muda yang lebih senang dan mengagumi budaya ataupun trend dari negara luar. Hal ini menjadi keuntungan bagi negara maju karena produk ataupun trend yang mereka tawarkan kepasar akan mempunyai daya tarik lebih baik harga maupun kualitas dibandingkan negara berkembang yang teknologinya masih rendah.
            Ketimpangan arus informasi ini dapat diatasi tidak hanya dari peningkatan sumber daya manusia maupun dari sisi teknologi tetapi menurut saya ketimpangan arus ini juga dapat diubah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih dan mencintai produk dalam negeri serta memiliki rasa bangga dengan budaya sendiri sehingga dapat meningkatkan citra bangsa dimata masyarakatnya sendiri.
          

Sumber :
Modul SKOM 4435 Komunikasi Internasional
https://www.google.co.id/search?q=gambar+ketimpangan+arus+informasi

Media Mix untuk Mengantisipasi Tawuran Pelajar

Tawuran antar pelajar yang marak terjadi tidak hanya dikalangan siswa-siswi SLTA namun juga terjadi dikalangan siswa SMP bahkan SD. Penyebab tawuran ini beragam mulai dari rasa tersinggung hingga motif balas dendam. Data di Jakarta ( Bimmas Polri Metro jaya ) tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus. Tahun 1995 terdapat 194 kasus, tahun 1998 sebanyak 230 kasus. Dari data tersebut tawuran ini terus meningkat serta tidak sedikit pelajar yang kehilangan nyawa akibat tawuran tersebut.
Ilmu pengetahuan yang didapat para pelajar belum mampu menciptakan kesadaran para siswa tentang bahaya tawuran. Oleh sebab itu diperlukan kampanye social yang kontinu untuk memberikan kesadaran kepada para siswa. Tujuan dari kampanye social tidak hanya menumbukan rasa kesadaran tetapi juga memberikan fasilitas untuk menjembatani perdamaian antar para pelajar. Dengan adanya fasilitas tersebut pelajar diharapkan dapat melindungi pelajar. Kampanye social ini umumnya diadakan oleh sekolah maupun dinas pendidikan.
            Untuk mengoptimalkan kampanye social diperlukan media mix dalam menyampaikan kampanye kepada para siswa. Media mix adalah mengkombinasikan jenis media yang digunakan bersama-sama untuk memenuhi tujuan dari rencana media.
Misalnya saja kampanye social dapat dilakukan disekolah-sekolah yang juga diliput oleh media televise. Liputan kampanye diharapkan ditonton oleh para siswa diberbagai daerah. Selain itu dengan menampilkan narasumber sebagai acuan tentang bahaya tawuran. Tak jarang tawuran pelajar ini memiliki kebiasaan turun temurun dari generasi sebelumnya. Seperti antara pelajar SMU 70 dengan SMU 6.

            Dalam kampanye social, audiensnya tidak hanya para pelajar tetapi juga orang tua, guru, psikolog anak, dinas pendidikan dan lain-lain.
Pelajar sebagai target kampanye social didampingi oleh audiens lainnya sehingga pelajar tidak merasa disudutkan dalam kampanye tersebut. Pendekatan dan bimbingan yang baik akan lebih mudah diterima oleh para pelajar.
            Orang tua sebagai lingkungan utama siswa diharapkan mampu memberikan pengertian dan sarana komunikasi yang intim kepada siswa. Keterbukaan dalam keluarga akan berdampak pola pikir yang positif kepada anak. Sedangkan guru sebagai orang tua pelajar disekolah diharapkan dapat memberikan kontribusinya
           
Sumber :

Gambaran Hubungan Industrial

Pengertian hubungan industrial menurut Suwarto adalah sebagai suatu system hubungan yang terbentuk di antara para pelaku proses produksi barang atau jasa. Pihak yang terkait didalam hubungan industrial adalah pekerja, pengusaha dan pemerintah. Hubungan ini mengatur peran masing-masing pihak dan proses didalamnya. Gambaran dari hubungan industrial yang multi relasi, multi aspek, dinamis dan kompleks dapat kita contohkan pada salah satu perusahaan telekomunikasi seperti Telkomsel.
            Perusahaan telekomunikasi ini, memiliki banyak relasi ( multi relasi ) yang menunjang kemajuan perusahaan tersebut. Misalnya saja beberapa kerjasama yang dilakukan antara Telkomsel dengan perusahaan-perusahaan lainnya, salah satunya dengan perusaahaan telephone pintar / smartphone Huawei, kerjasama ini bertujuan memperkuat jaringan layanan network dan paket bundling. Selain itu juga ada kerjasama Bank Riau Kepri, PT Finnet dan Telkomsel. Kerjasama ini dilakukan untuk pengisian ulang kartu pra bayar Telkomsel dibeberapa bank tersebut. Dibidang pendidikan Telkomsel juga melakukan kerjasama dengan salah satu universitas di Bogor yaitu universitas Ibn Khaldun. Kerjasama ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa UIKA untuk magang di salah satu perusahaan telkomsel. Kemudian untuk menujang proses pendidikan dilakukan pemberian mata kuliah umum oleh Telkomsel tentang perkembangan teknologi telekomunikasi dan IT.


Dari contoh tersebut dapat saya simpulkan bahwa gambaran hubungan industrial mencakup banyak aspek guna berkompetisi dalam persaingan untuk memajukan perusahaan. Dengan membangun multi relasi dengan banyak aspek (multi aspek) didalamnya akan mempermudah untuk perusahaan melakukan inovasi yang dinamis dalam masyarakat. Selain itu memperhatikan kebijaksanaan yang diterapkan kepada buruh atau pegawai guna mensejahterakan para pekerja. Pemerintah, pengusaha dan buruh harus berjalan beriringan guna memberikan dampak positif yang berkelanjutan.

Sumber :

Contoh Komunikasi Verbal dan Non Verbal

Komunikasi verbal dan non verbal merupakan komunikasi yang tidak terpisahkan karena masing-masing bekerja untuk menciptakan suatu makna, guna mencapai komunikasi yang efektif.
            Pada contoh diatas melipat tangan berdasarkan budaya Indonesia dipersepsikan sebagai bentuk menutup diri/ sombong/ angkuh dll. Perbedaan persepsi didasari oleh adanya perbedaan budaya suatu bangsa. Tindakan yang dilakukan Presiden IMF tersebut dinilai tidak menghargai Presiden Soeharto sebagai wakil dari negara Indonesia.
Menurut Don Stack komunikasi verbal dan non verbal memiliki sifat holistic yang dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
1.      Kesenjangan ( Intentionality )
Pada tahap ini, sikap yang dilakukan Presiden IMF, menunjukan adanya kesenjangan kebutuhan sehingga menimbulkan sikap yang tidak layak untuk ditunjukan oleh seorang pimpinan IMF.
2.      Perbedaan-perbedaan simbolik ( symbolic differences )
Ini merupakan tahapan adanya perbedaan persepsi yang ditimbulkan akibat adanya perbedaan budaya suatu bangsa atau negara.
Bagi Presiden IMF mungkin yang dilakukannya merupakan hal yang biasa dilakukan pada saat menunggu ( menunggu Presisen Soeharto menandatangani perjanjian ).
3.      Mekanisme Pemrosesan ( processing mechanism )
Semua informasi termasuk komunikasi diproses melalui otak, kemudian otak menafsirkan informasi lewat pikiran yang berfungsi mengendalikan perilaku fisiologi ( reflex ) dan sosiologi ( perilaku yang dipelajari dan perilaku social)
Pada saat penandatangan surat perjanjian pinjaman uang tersebut, merupakan pinjaman Indonesia untuk yang kesekian kalinya dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh IMF. Persyaratan itu dinilai IMF, Indonesia tidak sungguh-sungguh untuk menjalankan persyaratan tersebut sehingga menimbulkan perilaku reflex yang terkesan tidak menghargai Indonesia.
Perilaku tersebutlah yang menjadikan kemarahan rakyat Indonesia atas tindakan non verbal yang dilakukan oleh Presiden IMF.
Sumber :

Modul UT SKOM 4318 Komunikasi Antarbudaya

Etika dalam Pelayanan Umum

Beberapa syarat dalam pelayanan umum antara lain,

1.      Tingkah laku yang sopan
Sopan merupakan budaya penduduk Indonesia pada umumnya. Pelestarian budaya sopan santun di Indonesia ditanamkan melalui pendidikan informal yaitu diajarkan oleh orang tua kepada anak-anaknya
Sopan santun berarti peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan manusia didalam masyarakat dan dianggap sebagai tuntutan pergaulan dalam keseharian. Sopan santun haruslah diterapkan dimanapun kita berada dan salah satunya sebagai  pelaku pelayanan, tingkah laku yang sopan merupakan salah satu syarat dalam memberikan pelayanan. Pelanggan sendiri memiliki banyak tipe dan karakter sehingga tingkat kepuasannya pun berbeda – beda. Dengan bersikap sopan santun akan memberikan nilai positif dimata pelanggan sehingga menciptakan situasi yang nyaman dan penuh keharmonisan.
2.      Cara menyampaikan
Cara penyampaian yang tepat dengan intonasi bicara yang baik akan mengurangi persepsi yang salah, yang mungkin timbul saat menyampaikan pesan. Pelanggan akan merasa kecewa bahkan marah jika pelaku pelayanan bersikap kasar atau ketus dalam menyampaikan pesan. Misalnya saja ketika di salah satu rumah sakit swasta tempat anak saya dirawat, pelaku pelayanan mengatakan dengan ketus mengenai kondisi anak saya. Tentunya hal ini sangat mengecewakan saya.
3.      Waktu penyampaian
Waktu penyampaian yang tepat atau sesuai waktu menjadi hal yang dibutuhkan oleh pelanggan. Misalnya saja trend yang saat ini sedang marak yaitu, trend belanja online dalam menyampaikan stock barang yang tersedia. Jika penyedia layanan lambat dalam menjawab ketersediaan stock, pelanggan akan menunggu lama dengan persaaan kecewa. Sebagai penyedia layanan, membiarkan pelanggan menunggu lama, menyebabkan menurunnya tingkat kepercayaan atau kenyamanan pelanggan.
4.      Keramahtamahan
Keramahtamahan sebagai penyedia layanan tercermin dari sikap yang ditunjukkan. Misalnya, pada saat saya berada teller salah satu bank swasta yang kebetulan teller tersebut masih baru. Pelayanan yang diberikan cukup lama, namun dengan keramahantamahan serta sikap sopan yang ditampilkan oleh teller ( penyedia layanan) memberikan simpati saya untuk memaklumi hal tersebut.

  
Sebagai penyedia layanan tidak terlepas dari complain atau pun masukan dari pelanggan baik secara positif maupun negative. Dengan menerima setiap masukan, dapat meningkatkan pelayanan yang diberikan. Selain itu control yang rutin dari pihak terkait dapat memotivasi pelaku layanan untuk meningkatkan kinerja lebih baik. 

KEBAKARAN HUTAN DI INDONESIA

Agrikultur
Indonesia sebagai salah satu Negara dengan keragaman hayati tertinggi didunia berdasarkan data FAO tahun 2010 hutan dunia termasuk didalamnya hutan Indonesia yang secara total menyimpan 289 gigaton karbon dan memegang peranan penting menjaga kestabilan iklim dunia. Indonesia dengan 3.305 spesies amfibi, burung, mamalia, dan reptile menjadi daya tarik tersendiri. Indonesia merupakan rumah bagi setidaknya 29.375 spesies tumbuhan vascular yang 59,6 persennya masih ada.
Kebakaran Hutan
Sangat disayangkan jika kerusakan hutan di Indonesia  sudah pada tingkat memperihatinkan. Salah satunya diakibatkan oleh adanya kebakaran hutan yang melanda sebagian besar hutan di Indonesia. Terdapat beberapa provinsi yang mengalami kebakaran hutan antara lain Sumatera Utara, Jambi, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara dll. Luas area hutan yang terbakar diperkirakan mencapai 60.000 Ha disetiap provinsi dan luas area kebakaran hutan terus meningkat setiap tahunnya. Beberapa provinsi di Indonesia memang retan dengan kebakaran, seperti Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
Kebakaran hutan yang melanda Indonesia dan berlangsung berulang ini disebabkan karena faktor alam seperti cuaca panas yang berkepanjangan dan kondisi lahan hutan yang memang mudah terbakar seperti banyaknya lahan gambut. Selain itu kebakaran hutan juga disebabkan oleh faktor manusia seperti aktifitas pembukaan lahan yang dilakukan oleh oknum tertentu dengan cara membakar hutan. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena jika dibandingkan dengan cara penebangan kemudian dibersihkan, akan membutuhkan biaya yang besar serta waktu yang lama. Oknum-oknum tertentu itulah yang mengusahakan agar kebakaran hutan terjadi terus menerus. Masalah kebakaran hutan akan terus berulang pada musim kemarau yang disebabkan pembakaran lahan yang dilakukan oleh perkebunan warga maupun perusahaan swasta untuk membersihkan lahan dan memulai musim tanam. Beberapa tahun terakhir ini, wilayah hutan yang luas dan alami di Indonesia banyak dijadikan sebagai lahan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit ini menjadi sumber minyak sayur termurah. Rencana ini merupakan kerjasama antara pemerintah Indoensia dengan Cina.,walaupun kegiatan ini banyak dikritik oleh kelompok perduli lingkungan hidup.
Pada tahun 2015 ancaman kebakaran hutan tidak hanya dihutan Sumatera dan Kalimantan, tetapi juga dikawasan hutan yang berada dilereng gunung Merbabu yang terletak di empat kota di Jawa Tengah dan Gunung Watengan Puger dikabupaten Jember.
            Upaya pemadaman terus dilakukan guna mengurangi penyebaran titik api, terdapat 85 titik panas yang terpantau di Sumatera tersebar di Jambi, Sumatera Selatan, Pekan Baru, Rengat, Pelalawan yang menyebabkan jarak pandang terbatas.


Polusi Asap
Hal ini tentunya berdampak negative bagi masyarakat. Kabut asap yang semakin tebal, terus dihirup oleh masyarakat sekitar. Penyakit saluran pernafasan banyak dijangkit oleh penduduk. Gangguan kesehatan akibat kabut asap ini biasanya baru akan timbul kalau sudah terkontak lama dengan asap kebakaran hutan. Contohnya diprovinsi Riau di tetapkan keadaan darurat karena tingkat pencemaran yang melebihi batas berbahaya. Selain itu kabut asap tidak hanya dirasakan dipulau Sumatera tetapi juga dirasakan di Kalimantan, Singapura dan Malaysia. Negara tetangga tersebut mendesak pemerintah Indonesia untuk segera mengatasi masalah kebakaran selain itu juga menawarkan bantuan untuk atasi kebakaran.
 Polusi asap yang berlangsung lama juga berdampak pada aktifitas sekolah. Banyak sekolah yang terpaksa diliburkan karena udara sangat mengganggu, selain itu jadwal penerbangan pun banyak yang dibatalkan karena jarak pandang yang terbatas. Misalnya saja yang terjadi di Pekanbaru Riau, sebanyak 70 penerbangan dibatalkan karena kabut asap.


Solusi
Kebakaran hutan menjadi perhatian penting bagi pemerintah tidak saja dikarenakan kejadian tersebut terus berulang namun perlu adanya tindakan keras untuk menindak para oknum yang memanfaatkan kebakaran hutan untuk kepentingan pribadi sehingga menimbulkan efek jera bagi para pelaku. Pemerintah seharusnya membuat kebijakan pelarangan pembukaan lahan dengan pembakaran hutan serta memberikan sangsi berat bagi pihak yang melanggar. Selain itu upaya pencegahan kebakaran hutan di Indonesia dilakukan dengan mempersiapkan peralatan teknis bagi pemadam kebakaran hutan. Pemerintah juga perlu melakukan potret satelit berkala terutama dimusim kemarau untuk wilayah hutan yang rawan kebakaran sehingga bisa mengantisipasi titik api pada skala kecil.
Pencegahan kebakaran hutan juga dapat dilakukan dengan pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat sekitar. Perlu dilakukan kampanye social dengan menggunakan mix media, sehingga tercipta kesadaran untuk menjaga lingkungan dengan baik.

Sumber :

Modul UT
http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/forest_spesies/tentang_forest_spesies/kehutanan


Saturday, October 17, 2015

Contoh Homophili dan Heterophily dalam Komunikasi Antarbudaya

Homophili adalah derajat persamaan dalam beberapa hal tertentu seperti keyakinan, nilai, pendidikan, status sosial dll antara pihak-pihak yang saling beriteraksi.
Berdasarkan prinsip homophili, sorang individu cenderung berinteraksi dengan individu lainnya yang serupa dalam karakteristik sosialnya. Dodd ( 1982: 168-170) membuat klasifikasi tentang dimensi homofili, antara lain :
1.      Homofili dalam penampilan.
2.      Homofili dalam latar belakang.
3.      Homofili dalam sikap.
4.      Homofili dalam kepribadian.
5.      Homofili dalam nilai.
            Menurut Rogert dan Kincaid heterophili adalah derajat perbedaan dalam beberapa hal tertentu antara pasangan-pasangan individu yang saling berinteraksi. Dalam berinteraksi tentunya kita akan banyak menemukan perbedaan dalam berkomunikasi, oleh sebab itu dibutuhkan toleransi dalam berkomunikasi sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik.
            Contoh kasus heteropili dapat kita lihat dari kasus yang pernah diliput di media massa, yaitu kasus penyanyi dangdut Cita citata yang dianggap menghina Papua.  Kasus ini bermula saat artis tersebut diwawancarai disela-sela kesibukannya. Pada mulanya, awak media yang sedang meliput, bertanya pada Cita citata yang sedang menggunakan kostum Papua mengapa tidak menggunakan coretan diwajah layaknya penampilan adat masyarakat Papua. Kemudian Cita citata pun menjawab ”cantik harus tetap dicantikin mukanye, nggak kayak Papua kan? ”.
            Pernyataan tersebut mengundang reaksi keras dari masyarakat Papua yang dianggap melecehkan budaya Papua.
            Perbedaan antara budaya Cita dan masyarakat Papua membuat kasus ini dianggap sebagai penghinaan. Bagi Cita mungkin perkataannya hanya sebatas candaan tanpa ada maksud untuk menghina karena umumnya bagi individu yang biasa tinggal dikota besar seperti Jakarta, seringkali melakukan candaan dalam banyak hal. Namun hal tersebut dinilai berbeda oleh masyarakat Papua. . Kasus ini menimbulkan pro kontra dan polemik dimasyarakat hingga dilaporkan ke komisi X DPR, Komnas HAM dan Divisi kejahatan Siber Polda Metro Jaya.
Menurut saya tidak ada yang salah dalam kasus tersebut hanya perbedaan persepsi yang menimbulkan perbedaan pandangan. Kasus ini seharusnya tidak sampai ke Polda Metro Jaya dan Komisi X DPR karena dapat diselesaikan atau dibicarakan di Komisi HAM. Dengan musyawarah dan permintaan maaf dapat diselesaikan tanpa harus dibesar-besarkan. Ataupun dengan teguran yang dilayangkan secara resmi oleh perwakilan masyarakat Papua. Umumnya seniman berkata spontan tanpa ada maksud apa-apa dalam berkata.

Kasus ini juga menjadi pelajaran bagi banyak pihak untuk lebih berhati-hati dalam berkata-kata khususnya soal SARA, karena akan mengundang banyak polemik didalamnya. Canda untuk kita belum tentu untuk budaya lainnya.