Thursday, October 29, 2015

Media Mix untuk Mengantisipasi Tawuran Pelajar

Tawuran antar pelajar yang marak terjadi tidak hanya dikalangan siswa-siswi SLTA namun juga terjadi dikalangan siswa SMP bahkan SD. Penyebab tawuran ini beragam mulai dari rasa tersinggung hingga motif balas dendam. Data di Jakarta ( Bimmas Polri Metro jaya ) tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus. Tahun 1995 terdapat 194 kasus, tahun 1998 sebanyak 230 kasus. Dari data tersebut tawuran ini terus meningkat serta tidak sedikit pelajar yang kehilangan nyawa akibat tawuran tersebut.
Ilmu pengetahuan yang didapat para pelajar belum mampu menciptakan kesadaran para siswa tentang bahaya tawuran. Oleh sebab itu diperlukan kampanye social yang kontinu untuk memberikan kesadaran kepada para siswa. Tujuan dari kampanye social tidak hanya menumbukan rasa kesadaran tetapi juga memberikan fasilitas untuk menjembatani perdamaian antar para pelajar. Dengan adanya fasilitas tersebut pelajar diharapkan dapat melindungi pelajar. Kampanye social ini umumnya diadakan oleh sekolah maupun dinas pendidikan.
            Untuk mengoptimalkan kampanye social diperlukan media mix dalam menyampaikan kampanye kepada para siswa. Media mix adalah mengkombinasikan jenis media yang digunakan bersama-sama untuk memenuhi tujuan dari rencana media.
Misalnya saja kampanye social dapat dilakukan disekolah-sekolah yang juga diliput oleh media televise. Liputan kampanye diharapkan ditonton oleh para siswa diberbagai daerah. Selain itu dengan menampilkan narasumber sebagai acuan tentang bahaya tawuran. Tak jarang tawuran pelajar ini memiliki kebiasaan turun temurun dari generasi sebelumnya. Seperti antara pelajar SMU 70 dengan SMU 6.

            Dalam kampanye social, audiensnya tidak hanya para pelajar tetapi juga orang tua, guru, psikolog anak, dinas pendidikan dan lain-lain.
Pelajar sebagai target kampanye social didampingi oleh audiens lainnya sehingga pelajar tidak merasa disudutkan dalam kampanye tersebut. Pendekatan dan bimbingan yang baik akan lebih mudah diterima oleh para pelajar.
            Orang tua sebagai lingkungan utama siswa diharapkan mampu memberikan pengertian dan sarana komunikasi yang intim kepada siswa. Keterbukaan dalam keluarga akan berdampak pola pikir yang positif kepada anak. Sedangkan guru sebagai orang tua pelajar disekolah diharapkan dapat memberikan kontribusinya
           
Sumber :

No comments:

Post a Comment