Thursday, October 29, 2015

Konflik Antar Etnis

Menurut Coser ( 1956 ) konflik adalah perilaku dan kondisi seseorang yang tengah dilakukannya dan juga perbedaan focus dan pemahaman manusia. Menurut Krisberg ( 1982 ) konflik adalah berbedanya tujuan masing-masing manusia ( individu ), kelompok dan etnis, dalam suatu bangsa dan negara. Konflik didefinisikan sebagai interaksi antara dua atau lebih pihak yang satu sama lain saling bergantung namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan dimana setidaknya salah satu dari pihak tersebut menyadari perbedaan dan melakukan tindakan untuk mengatasi perbedaan.
Misalnya saja konflik antar etnis yang terjadi di Timika, Papua antara suku Dani dan pendatang yang terjadi pada 11 Agustus 2014, mengakibatkan 7 korban meninggal dan 13 korban luka-luka. Konflik ini berawal dari kematian kepala suku Dani yang jasadnya ditemukan oleh warga. Kejadian ini membuat situasi kota Timika mencekam. Konflik antara suku Dani dan pendatang membuat kedua kelompok tersebut mudah terprovokasi sehingga pengamanan terus dilakukan oleh pihak kepolisian untuk menengahi konflik ini.
Dari kasus tersebut, perbedaan budaya antara suku Dani dan pendatang membuat gesekan tersendiri dalam kehidupan bermasyarakat. Perlunya toleransi yang tinggi dalam berkomunikasi sehingga dapat mencegah perbedaan persepsi diantara kedua kelompok tersebut.
Berkenaan dengan komunikasi antarbudaya , Griffin (2003) menyadur Teori Uncertainty Management ; Face Negotiation ; dan Speech Codes.
1.      Teori Uncertainty Management ( Teori Pengelolaan Kecemasan/ Ketidakpastian )
Gudykunst bahwa kecemasan dan ketidakpastiaan adalah penyebab kegagalan komunikasi pada situasi antar kelompok.
Pada kasus masyarakat Timika, penduduk asli Timika, Papua merasa cemas dengan adanya pendatang dikota mereka. Pendatang dianggap menjadi saingan dalam kehidupan keseharian. Ketidakpastian dalam hal perekonomian menuntut penduduk asli berusaha keras untuk unggul dalam mata pencaharian.
Selain itu pola tempat tinggal yang berkelompok menjadikan persepsi yang terbentuk pun mengikuti persepsi kolompok dominan. Hal ini menjadi jurang pemisah dalam kehidupan sehari-hari. Jarangnya interaksi dengan orang asing menyebabkan tingkat kecemasan dan sifat tertutup membuat masyarakat asli Timika, Papua sulit untuk menerima pendatang.



2.      Face Negotiation Theory
Teori yang dipublikasikan Stella Ting-Toomey ini membantu menjelaskan perbedaan-perbedaan budaya dalam merespon konflik. Pada teori ini konflik dikelola guna mencari titik tengah dari permasalahan. Pihak kepolisian sebagai penegah masalah memfasilitasi antar kedua kelompok untuk menahan diri serta bermusyawarah guna mengakhiri konflik yang ada karena hanya akan menambah jatuhnya korban. Perlunya mengadakan diskusi secara berkala antar kedua kelompok tersebut untuk membahas isu-isu yang dapat memprovokasi kedua kelompok.
Pendatang sebagai penduduk baru dalam kota Timika, diharapkan dapat memahami dan mengikuti budaya yang telah ada.
Dalam setiap perbedaan menuntut toleransi yang tinggi sehingga antara kaum Dani dan pendatang dapat hidup berdampingan.

3.      Speech Codes Theory
Teori ini dipublikasikan oleh Gery Philipsen, teori ini menjawab tentang keberadaan Speech Code dalam suatu budaya.
Disetiap budaya umumnya memiliki bahasa verbal dan non verbal tersendiri. Timika Papua sendiri memiliki banyak suku yang masih tetap menjunjung tinggi budaya adat leluhur. Sebagai penduduk pendatang memahami adat istiadat penduduk Timika dapat mengurangi gesekan yang dapat menimbulkan konflik.

            Beragamnya kebudayaan yang disertai adat istiadat yang berbeda dari setiap suku, memicu timbulnya konflik, oleh sebab itu memahami komunikasi antarbudaya sangat penting agar dimana pun individu bisa beradaptasi dengan baik dilingkungan yang memiliki budaya yang berbeda. Individu diharapkan menghindari stereotype dan prejudis karena akan menghalangi adanya komunikasi antara kelompok masyarakat yang memiliki perbedaan.
            Samovar dan Porter memberikan saran untuk mengintropeksi diri kita, apakah betul-betul menganggap bahwa pandangan kita terhadap kelompok lain sudah benar atau tidak, dan menghindari adanya rumor atau penghinaan terhadap kelompok lain.


Sumber :
Modul SKOM 4318 Komunikasi Antarbudaya
http://adiprakosa.blogspot.co.id/2007/12/teori-komunikasi-antarbudaya.html

4 comments:

  1. Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
    Jika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.

    Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Senang berkenalan dengan anda, tidak untuk saat ini terima atas tawarannya.


      Delete
  2. Contoh peristiwa konflik antar suku yg pernah terjadi ngga ada ya?

    ReplyDelete
  3. Contoh konfliknya seperti konflik Dayak Madura yaitu peristiwa sampit tahun 2001, konflik melayu madura tahun 1999, konflik Ambon, konflik Poso tahun 1998 dll.

    ReplyDelete